Single News

Nakes di Pulau Moyo Keluhkan E-Presensi dan Insentif

Sumbawa Besar–Para Tenaga Kesehatan (Nakes) khususnya Perawat dan Bidan di Puskesmas unit II Labuhan Badas, di Desa Sebotok, Pulau Moyo, mendatangi Komisi IV DPRD Kabupaten Sumbawa, Selasa (08/01/2025). Kedatangan mereka dalam rangka untuk menyampaikan aspirasi dan persoalan yang selama ini dihadapi.

Pertemuan ini adalah rangkaian dari pertemuan sebelumnya di ruang kerja Komisi IV, terutama tentang absensi elektronik (E-Presensi) yang terkendala koneksi internet yang berdampak terhadap efektifitas kerja serta hak-hak yang mereka dapatkan. Demikian pula dengan insentif daerah terpencil yang mereka tidak dapatkan sebagaimana didapatkan oleh para guru.

Juru bicara mereka, Dr. Suparman, menyampaikan bahwa dirinya mewakili Institute Demokrasi Indonesia (IDE) Kabupaten Sumbawa. Sebelumnya sudah bertemu dengan pimpinan Komisi IV dengan tujuan memperhatikan Nakes di Pulau Moyo. 

Harbiri, Perwakilan Nakes, e-Presensi bukan saja bermasalah di Pulau Moyo tapi ternyata menggunakan jaringan dari tambora, apalagi ada pengaturan titik koordinat radius 20 meter.

“E-presensi terganggu sinyal, musim hujan kadang hilang dan harus mencari ke dermaga yang jauh dari Puskesmas. Habis waktu dan meninggalkan pasien jika harus ke dermaga. Berikan juga sinyal internetnya barulah kita terapkan e-presens,” ungkapnya. 

kegelisahan Nakes tersebut beralasan karena 1 jam atau 2 jam telat mengisi E-Presensi maka akan ada potongan gaji. Padahal gaji mereka paling tinggi 4 juta dan rata-rata berdomisili di Sumbawa. 

“Biaya pokok mahal di sana, bayangkan 1 Bulan hampir 2 jutaan di Sana bahkan kami sering ngutang sebelum berangkat,” imbuhnya.

Dia menambahkan bahwa mereka juga tidak menerima insentif daerah terpencil yang dulu ada khususnya untuk dokter sekarang tidak ada. 

“Padahal jika dibandingkan pelayanan kami lebih maksimal dibandingkan guru apalagi musim hujan dan gelombang. Merujuk pasien juga kesulitan, tugas kami tidak main-main karena menyangkut nyawa orang,” tegasnya.

Aulia Ahmad Rasyadi (Ikang), Salah seorang perawat di Puskesmas Unit II Labuhan Badas, menambahkan bahwa sebaik-baiknya manusia di dunia adalah yang berguna bagi manusia lainnya. Menurut Ikang bahwa kesulitan yang mereka alami terutama biaya transportasi dan biaya hidup yang menyebabkan salah seorang rekannya harus rela menjual laptop sebagai alat kerja untuk menunaikan tugasnya di Puskesmas Unit II Labuhan Badas yang berada di Desa Sebotok.

“Ada Teman kami yang terpaksa menjual laptop untuk menyebrang ke Pulau. Lebih baik kita kerja di Cina daripada bekerja untuk negara sendiri jika situasinya seperti ini,” ungkap Ikang.

Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPKSDM) Kabupaten Sumbawa, Budi Santoso, S. Sos., M.Si., di dalam rapat dengar pendapat tersebut menyebutkan bahwa mulai Desember 2024, pihaknya menyiapkan e-presensi ini dan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melaksanakannya, termasuk Puskesmas Unit II Labuhan Badas.

Berdasarkan hasil pengecekan pihaknya di sistem E-Presensi diketahui bahwa Puskesmas Unit II Labuhan Badas tidak ditemukan adanya pegawai yang tidak hadir.

“Kami mengecek Puskesmas unit II Labuhan Badas semua hadir artinya tidak ada persoalan. Instrukri Bupati menyampaikan manakala ada persoalan agar disampaikan untuk diperbaiki,” sebut Budi.

Pada kesempatan tersebut, Budi memberikan solusi agar jika terjadi kendala jaringan internet pada saat mengisi e-presensi maka dapat menggunakan presensi manual. Diharapkan dengan presensi ini ASN disiplin masuk kerja.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa–Junaidi, SKM., yang menyikapi aspirasi Nakes tersebut, menyampaikana terimakasih untuk nakes di Puskesmas unit II Labuhan Badas karena sudah maksimal dalam pelayanan.

Rapat Dengar Pendapat atau Hearing yang dipimpin oleh Muhammad Takdir selaku pimpinan Komisi, menyimpulkan aspirasi Para Nakes agar ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah, terkait dengan insentif agar dapat dicarikan solusi dan regulasi yang mengaturnya. (LPS)