Laila Isabel1, Greenda Gilang Pratama Putri2, Sifrina Ardlina Amalia3 Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Teknologi Sumbawa.
Jln Olat Maras, Kabupaten Sumbawa, NTB, Indonesia

Kere’ Alang merupakan kain tenun khas yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kere’ Alang merupakan produk daerah Sumbawa yang memiliki ciri khas yang unik serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Namun, sampai saat ini produk Kere’Alang dapat dikatakan masih belum dikenal oleh banyak orang dibandingkan kain tenun dari daerah lain, salah satu faktornya adalah produk Kere’ Alang menawarkan harga yang terlalu tinggi dengan kualitas yang hampir sama dengan produk kain lainnya. Selain itu, masalah lain adalah promosi produk yang dapat dikatakan belum baik, dikarenakan promosi masih dilakukan melalui mulut kemulut.
Globalisasi adalah proses di mana dunia menjadi semakin terhubung melalui pertukaran informasi, perdagangan, dan interaksi antarnegara.Dampaknya terhadap budaya dan tradisi lokal sangat signifikan. Globalisasi membawa perubahan dalam gaya hidup, preferensi konsumen, dan pengaruh budaya dari negara-negara lain. Hal ini dapat mengancam keberadaan budaya dan tradisi lokal karena masyarakat cenderung mengadopsi budaya asing yang lebih populer atau mengabaikan nilai-nilai tradisional mereka. Perkembangan teknologi juga memungkinkan penyebaran budaya global secara cepat melalui media sosial dan internet, yang bisa menggeser perhatian dari budaya lokal. Oleh karena itu, globalisasi menimbulkan tantangan bagi pelestarian budaya dan tradisi lokal yang penting untuk dilestarikan agar tidak punah (Julianty 2022).
Berbicara masalah kebudayaan dapat dipahami sebagai sistem dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan dan perilaku. Kebudayaan lokal tidak lepas dari hal-hal tersebut yang berkaitan dengan unsur- unsur kebudayaan yang universal, seperti pandangan hidup, kesenian, sistem religi, sastra, kuliner, upacara adat, organisasi sosial, peralatan, busana, artefak, bahasa, bangunan, pengobatan tradisional, dan hukum adat-istiadat daerah. Kebudayaan merupakan aspek penting dari suatu peradaban manusia yang dapat menggambarkan aktifitas jalannya kehidupan manusia tersebut.
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari suatu kebudayaan, maka dapat dikatakan manusia adalah bagian inti dari kebudayaan. Budaya lokal merupakan suatu hal yang dipelajari dan diperoleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya dan hal ini berjalan dinamis seiring dengan perjalanan zaman.
Menurut Januar, (2017:58) kerajinan merupakan kemahiran tangan yang dapat menghasilkan barang yang bermutu seni tinggi. Karena emosi, ide dan harapan mereka representasikan dalam kerajinan tenun. Dengan demikian dalam seni membuat kerajinan tenun dijiwai dengan kepercayaan dan pandangan hidup mereka. Sehingga kerajinan tenun dapat dihargai, dicintai dan dibanggakan oleh pemiliknya. Dusun Samri merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sumbawa yang masih berusaha melestarikan, meningkatkan, serta mengembangkan kerajinan tenun. Keterampilan menenun didapat dari nenek moyang mereka secara turun temurun. Menenun hanya dilakukan oleh kaum perempuan, karena perempuan merupakan simbol kesuburan dan perempuan dianggap baik, lebih teliti dibandingkan laki-laki. Menurut Julmansyah, (2008:81) sangking melekatnya tradisi menenun ditanah samawa menjadikan keterampilan tersebut sebagai jati diri kaum perempuan, hal itu tergambar dalam ungkapan lokal “siong tau swai, lamen no to nesek” artinya bukan perempuan, jika tidak bisa menenun.
Kere’ Alang merupakan kain tenun khas yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kre Alang merupakan produk daerah Sumbawa yang memiliki ciri khas yang unik serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Kain tenun Kere’ Alang tebuat dari benang yang dirangkai menggunakan alat khusus, benang utama yang digunakan terdiri dari berbagai macam warna tidak hanya itu, pembuatan Kere’ Alang juga menggunakan benang khusus untuk membuat motif berwarna emas dan silver yang didatangkan langsung dari Lampung. Adapun alat yang digunakan untuk menenun Kere’ Alang merupakan alat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang di daerah Sumbawa khususnya Dusun Samri, dan sudah digunakan secara turun temurun. Namun, ada juga masyarakat Dusun Samri yang bisa membuat alat tenun tersebut. Kere’ Alang memiliki berbagai macam motif di antaranya:
- Motif Kemang Satange
Motif kemang satange merupakan motif tumbuh-tumbuhan. Kemang satange berarti setangkai bunga. Motif ini merupakan salah satu motif yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat Sumbawa.
Motif ini berbentuk bunga tunggal beraneka bentuk dan menjadi motif utama. Makna dari motif ini adalah menyimbolkan kemandirian, kebahagiaan, dan cinta kasih. Pada motif ini, Kemang satange tidak berdiri sendiri. Terdapat pula motif pendukung seperti motif lasuji. Dalam penggunaan warna, tenun songket motif ini menggunakan warna hitam untuk dasar kain dan warna emas untuk semua motifnya.
- Motif Gili Liyuk
Motif gili liyuk banyak ditemukan pada jenis kere’ alang sasir. Kere’ alang dengan motif ini banyak diminati oleh konsumen. Terdapat motif utama dan motif pendukungnya. Motif gili liyuk sebagai motif utama dan motif wajik atau lasuji sebagai motif pendukungnya. Pada motif biasanya penenun menggunakan benang berwarna emas atau perak. Sedangkan dasar kain menggunakan warna hitam. Motif gili liyuk memiliki makna kebersamaan, kerjasama dan kegotong royongan.
- Motif Kengkang Badayung
Motif kengkang badayung merupakan motif geometris. Motif kengkang badayung menyimbolkan binatang laba-laba (kengkang). Motif ini memiliki makna kejujuran dan kerja keras. Motif ini merupakan motif utama. Dan motif lasuji menjadi motif pendukungnya, sedangkan susunan motif wajik menjadi isen-isennya. Umumnya kain ini menggunakan warna hitam untuk dasar kain. Dan warna merah untuk dasar kain pada bagian alu’. Sedangkan untuk motif utamanya menggunakan warna emas pada seluruh permukannya.
Upaya pelestarian budaya selalu menghadapi tantangan zaman yang juga selalu berubah. Bagi generasi muda perubahan atau pergeseran merupakan sesuatu yang baik disadari atau tidak akan selalu menghadang dan karenanya membutuhkan respons segera. Bagi kalangan yang lebih tua, respon dari generasi muda seringkali dipandang bersifat pragmatis dan tidak menghargai nilai luhur yang seyogianya dijadikan tuntunan dalam diam. Tenun sebagai salah satu produk budaya juga menghadapi tantangan yang sama antara melestarikan atau mengikuti selera pasar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Jaidah selaku ketua Komunitas Kemang Langit, upaya pelestarian kain tenun Kere’ Alang di Dusun Samri cukup mudah. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa yang memiliki kemauan untuk belajar menenun Kere’ Alang. Hingga saat ini komunitas Kemang Langit sudah memiliki sekitar 100 tenaga. Hal ini tentu saja memudahkan generasi muda yang ingin belajar menenun Kere’ Alang, karena ketersediaan tenaga pengajar yang jumlahnya memadai. Sehingga produksi kain tenun Kere’ Alang dapat terus dilestarikan oleh generasi muda.
Selain masyarakat, pemerintah terutama Dinas Perdagangan dan Dinas Pariwisata juga ikut andil dalam upaya pelestarian kain tenun Kere’ Alang ini dengan menggelar pameran. Pada pameran ini pemerintah mengundang produsen Kere’ Alang khususnya Komunitas Kemang Langit untuk datang dan memamerkan hasil tenunnya. Dalam pemeran tersebut, ada 12 negara yang datang untuk melihat hasil karya kain tenun Kere’ Alang. Dengan adanya pameran ini Kere’ Alang semakin dikenal oleh banyak orang tidak hanya dari NTB dan provinsi lainnya, tetapi sudah dikenal hingga mancanegara.
Menurut penuturan Ibu Jaidah, selain dari luar daerah konsumen Kere’ Alang juga datang dari luar negeri, salah satunya dari Malaysia. Konsumen dapat memilih motif, warna, ukuran, dan ketebalan kain sesuai selera. Harga yang ditawarkan untuk satu Kere’ Alang berkisar dari Rp. 1.500.000 hingga Rp.
3.000.000 ke atas tergantung ketebalan dan ukuran kain. Proses pembuatan satu Kere’ Alang memakan waktu kurang lebih satu bulan lamanya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, media untuk menyampaikan maksud dan tujuan manusia juga berkembang mengikuti teknologi tersebut. Saat ini teknologi informasi bahkan sudah melampaui ruang dan waktu. Dengan ditemukannya internet, kita sekarang dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja bahkan kita bisa berkomunikasi dengan orang dari belahan dunia lain dengan sangat cepat. Saat ini beseluncur di dunia maya adalah hal yang paling banyak digandrungi oleh masyrakat, tidak hanya anak muda, Ibu-ibu dan bapak- bapak juga sudah pandai menggunakan media sosial bahkan untuk anak-anak yang dikatakan belum cukup umur untuk berseluncur ke dalam dunia maya saja dizaman globalisasi ini sudah sangat pandai menggunakan media sosial. Media sosial ini tidak hanya menjangkau dalam negeri tetapi juga dapat menjangkau hingga ke luar negeri sekalipun.
Penggunaan media sosial yang sudah sangat luas ini akan memudahkan untuk mengenalkan Kere’ Alang kepada dunia. Melalui media sosial kita dapat memasarkannya, mengenalkannya kepada dunia tentang tradisi disuatu daerah seperti mengenalkan Kere’ Alang ini kepada dunia. Media sosial adalah cara terbaik untuk dilakukan jika kita memikirkan untuk memperlihatkannya kepada dunia, dikatakan dalam wawancara yang dilakukan dengan Ibu Jaidah, bahkan pesanan kadang datang dari luas negeri seperti Malaysia. Jadi, dapat dikatakn bahwa peran media sosia dalam melestarikan kebudayaan itu sangatlah penting, karena memiliki jangkauan yang luas. Tidak hanya memposting sebuah foto, dizaman globalisasi ini pembuatan konten berupa video pendek ataupun video dengan model mereview suatu barang sedang tren saat ini, hal ini juga dapat menjadi cara pemasaran yang baik untuk dilakukan. Agar mendapat lebih banyak perhatian dari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri menggaet kelompok budaya ataupun influencer untuk melakukan kolaborasi dengan barang yang sedang kita promosikan juga akan meningkatkan penjualan.
Kere’ Alang merupakan kain tenun khas yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kere’ Alang merupakan produk daerah Sumbawa yang memiliki ciri khas yang unik serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Kere’ Alang memiliki berbagai macam motif di antaranya motif Kemang Satange, motif Gili Liyuk, dan motif kengkang Badayung. Upaya pelestarian kain tenun Kere’ Alang di Dusun Samri cukup mudah. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa yang memiliki kemauan untuk belajar menenun Kere’ Alang. Hingga saat ini komunitas Kemang Langit sudah memiliki sekitar 100 tenaga. Hal ini tentu saja memudahkan generasi muda yang ingin belajar menenun Kere’ Alang, karena ketersediaan tenaga pengajar yang jumlahnya memadai. Sehingga produksi kain tenun Kere’ Alang dapat terus dilestarikan oleh generasi muda.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang pembahasan di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.